Pemerintah Harus Melihat Nasib Supir Angkot
Jakarta – Puluhan Sopir angkutan kota (angkot) di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat melakukan aksi mogok sejak Senin, 29 Januari 2018. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI diharapkan memikirkan nasib mereka.
Yani salah satu warga jalan jatibaru mengatakan,”Jangan sampai timbul kecemburuan antara pedagang dan supir angkot, karena di sini saya melihat pihak pedagang yang diuntungkan,” jelasnya
Yani mengaku lebih suka kondisi saat pedagang berjualan di gedung dengan kondisi kehadiran angkot di Jalan Jatibaru Raya.
“Saya rasa tidak hanya angkot, tapi angkutan umum lain juga pasti mengeluhkannya kondisi seperti ini, penghasilan pasti berkurang,” imbuhnya
Wulan, mahasiswi yang sering belanja di Tanah Abang menilai penataan kawasan di Tanah Abang kurang tepat.Seharusnya pemerintah menggeser lapak pedagang yang berada di gedung ke jalan raya.
“Saya rasa kurang tepat, memang masyarakat kita kan sukanya belanja di kaki lima seperti ini. Tapi semoga aja ada solusi lain,” ujarnya.
Ia juga berharap agar ada solusi yang bisa menyamaratakan nasib antara pedagang dan angkot. Hal tersebut agar tidak ada pihak yang dirugikan.
Sopir angkot M08 Wahyu pendapatanya menurun pasca penutupan Jalan Jatibaru. Sebelum penutupan jalan, ia bisa mengantongi Rp100 ribu perhari, namun sekarang hanya setengahnya.
Wahyu di lokasi mengatakan,”Saya setengah hari saja dulu bisa dapat Rp200 ribu, terus yang disetorkan Rp100 ribu. Sekarang cuma Rp 40 ribu,” tegasnya
Turunnya penghasilan yang diterima sopir angkot di kawasan Tanah Abang menjadi salah satu faktor penuntutan dibukanya kembali Jalan Jatibaru Raya. Aksi mogok dan demo menjadi pilihan agar tuntutan mereka dipenuhinya oleh Pemprov DKI.
“Kita tunggu keputusannya seperti apa. Kalau kami belum puas ya terus demo,” imbuhnya
Ia juga berharap agar ada solusi yang cepat agar tidak lama lagi melakukan aksi mogok. “Jangan lama-lama juga kalau kayak gini kapan dapat duitnya,” jelasnya. ( yos )
Tinggalkan Balasan