Kemendag Tingkatkan Ekspor Kayu Ringan Ke.Dunia.

Jumat, Agustus 23rd 2019. | Headline, Nasional

Palangka Raya, Suronews – Indonesia merupakan salah satu lumbung kayu ringan terbesar di dunia yang saat ini mulai populer digunakan untuk berbagai keperluan seperti furnitur bahkan sebagai bahan bangunan tinggi dan industri transportasi. Masyarakat Eropa sejak beberapa tahun lalu mengalihkan perhatian dari kayu tropis (umumnya kayu keras) sebagai akibat keperdulian terhadap kelestarian lingkungan. Alasan utama adalah waktu panen kayu ringan untuk diameter yang sama jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi kayu keras sehingga pasokannya dapat bersumber dari kayu budidaya. Sifatnya yang fleksibel, ringan, relatif tahan api dan anti rayap merupakan bahan yang ekonomis untuk berbagai aplikasi.

“Kami berharap kegiatan ini dapat menstimulasi gairah industri kayu ringan dalam negeri untuk lebih berkarya dan mendapatkan inspirasi akan contoh pengaplikasian kayu ringan yang lebih modern dan futuristik di pasar global, seperti contoh aplikasi kayu ringan sebagai material bangunan 24 lantai HoHo Tower Vienna yang tahun ini akan dinobatkan menjadi World’s Tallest Wooden Skycraper “ papar Marolop Nainggolan, Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor.

Sementara itu, Marolop Nainggolan menjelaskan,“Selama ini kayu ringan, sering dikategorikan kayu sembarang atau kayu murah, hanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan panel bare core atau pengisi block board bernilai tambah rendah. Dengan memanfaatkan teknologi dan menyasar pasar yang tepat, kayu jenis ini akan memberikan keuntungan yang berlipat ganda.

Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (Ditjen PEN) Kementerian Perdagangan secara konsisten memacu kinerja ekspor Indonesia salah satunya melalui produk perkayuan. “Sektor kayu telah menjadi fokus utama kami selama beberapa tahun terakhir ini karena Indonesia merupakan salah satu eksportir utama dunia dan sektor ini sejalan dengan hasil rakor Menko Perekonomian,” ujar Marolop Nainggolan. “Kami fokus mengembangkan jenis kayu ringan khususnya sengon karena jenis kayu ini sebagian besar tumbuh di lahan masyarakat bukan di hutan alam, sehingga selain dapat menambah nilai ekonomis jenis kayu ini juga terhindar dari illegal logging” tambah Marolop.

Sehubungan dengan hal tersebut, Ditjen PEN melalui kegiatan forum “Pengembangan Potensi Ekspor Kayu Ringan Melalui Kerja Sama Dengan SIPPO, IPD Jerman, Fairventures dan Pemerintah Daerah”, pada tanggal 20 Agustus 2019 memfasilitasi para pelaku usaha kayu ringan di Provinsi Kalimantan Tengah guna memberikan informasi potensi peluang dan pengembangan kayu ringan di pasar dunia, khususnya Eropa. Selain itu untuk mendapatkan masukan dan informasi langsung dari para NGO, Pemda dan pelaku usaha khususnya di provinsi Kalimantan Tengah. Pemilihan lokasi dengan alasan karena Pulau Kalimantan memiliki sumber daya yang kaya akan kayu dengan jenis beragam termasuk berbagai jenis kayu ringan. Pemilihan pohon/ kayu jenis sengon karena adalah salah satu tanaman legum yang mampu menyerap emisi CO2 dan menyuburkan tanah dengan menambah nitrogen ke dalam tanah.

Marlop Naiggolan menegaskan, “Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk tetap menjadi pemain ekspor utama di produk kayu, namun perlu mengembangkan produk inovatif melalui jenis kayu yang lebih ramah lingkungan antara lain jenis sengon yang hanya dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Saat ini produk yang dihasilkan sebagian besar adalah plywood dan barecore, namun ke depan kami akan mendorong inovasi produk lain dapat dihasilkan termasuk produk di sektor konstruksi dan furniture.

Lebih lanjut Kepala Dinas Kehutanan, Bapak Sri Suwanto mengatakan, mewakili Sekda Prov. Kalteng dalam pembukaan menyatakan bahwa: “Potensi kayu ringan dari hutan alam pun di Kalimantan Tengah cukup besar, terutama berasal dari 57 unit HPH”. “Pemerintah daerah akan menyiapkan lahan untuk penanaman kayu sengon jika dibutuhkan”,ujarnya

SIPPO (The Swiss Import Promotion Programme), IPD (The Import Promotion Desk) Jerman dan Fairventures merupakan NGO mitra kerja sama Kementerian Perdagangan dalam rangka meningkatkan ekspor produk kayu ringan ke seluruh dunia. Lembaga-lembaga Non Pemerintah ini merupakan lembaga non profit yang memiliki program guna pengembangan produk, serta mengefektifkan rantai nilai antara pihak pemerintah, swasta, designer, produsen dan konsumen. Selain itu juga, mendekatkan rantai nilai tersebut agar bekerja sama dalam keberlanjutan dan kelestarian kayu ringan di Indonesia.

Peluang dan potensi pengembangan kayu ringan di pasar Eropa disampaikan langsung ke peserta diskusi melalui video conference oleh Frank Maul yang berada di Jerman, Frank merupakan tenaga ahli tren Market dan Sourcing dan dari IPD Jerman. Disampaikan bahwa potensi penggunaan bahan baku kayu di Eropa semakin meningkat pesat, saat ini aplikasi produk kayu di Eropa khususnya Jerman sudah dipakai pada pembangunan gedung, hall dan jembatan. Di sektor otomotif kayu ringan juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan caravan.

Kebutuhan akan penggunaan kayu di dunia semakin meningkat khususnya jenis kayu yang ramah lingkungan. Sektor konstruksi mulai melirik jenis kayu ini karena lebih inovatif dan ekonomis. Diharapkan jenis kayu ini dapat lebih dipromosikan melalui aplikasi konstruksi seperti untuk pembangunan gedung dan jembatan. Pada forum diskusi tersebut juga dibahas mengenai potensi pemanfaatan produk kayu ini untuk pembangunan ibu kota baru yang akan dibangun di pulau Kalimantan.

Kementerian Perdagangan melalui Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional akan terus mengembangkan potensi kayu ringan ini antara lain melalui kegiatan buyers mission, konferensi internasional melalui ILCF (Indonesia Lightwood Cooperation Forum) yang akan mendatangkan buyer potensial dari Jepang, Korea, Australia dan Jerman pada tanggal 10-15 Oktober 2019 di Yogyakarta, Magelang dan Solo. Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) yang akan menampilkan pula keunggulan kayu ringan di Indonesian Lightwood Pavillion pada tanggal 16-20 Oktober 2019.

Sekilas mengenai kayu ringan.

Indonesia merupakan salah satu leading country di dunia dalam hal produksi dan ekspor kayu ringan. Tidak hanya itu, Indonesia juga kaya akan sumber bahan baku kayu ringan yang saat ini sangat diminati oleh industri kayu di negara-negara Eropa. Setidaknya ada empat alasan utama kayu ringan Indonesia, umumnya sengon, jabon, dan akasia memiliki keunggulan dibanding jenis kayu ringan dari negara pesaing seperti albazia dan eucalyptus.

Pertama, Indonesia merupakan negara dengan sistem verifikasi legalitas kayu terbaik yang telah diterima oleh EU FLEGT (European Union Forest Law Enforcement, Governance, and Trade) sehingga menjadi faktor yang membuat kayu ringan Indonesia lebih atraktif bagi konsumen di negara Eropa dan negara maju lainnya.

Kedua, industri kayu Indonesia telah mentransformasi diri sehingga tidak lagi mengambil kayu dari hutan alam tapi kayu hasil perkebunan yang tidak merusak hutan.

Ketiga, Indonesia memiliki perusahaan yang mampu memproduksi produk kayu ringan yang inovatif sehingga mampu meningkatkan ekspor di sektor kayu ringan ke seluruh dunia.

Keempat, kayu ringan mendukung ekonomi kerakyatan yang memungkinkan rumah tangga di pedesaan mendapatkan penghasilan tambahan dari menanam kayu sengon di lahan yang tidak terpakai sehingga terlepas dari unsur illegal logging.

Rangkaian kegiatan ini (19-20 Agustus 2019) juga meliputi kunjungan langsung ke petani sengon, pengrajin kayu dan produk kayu, juga ke beberapa perusahaan seperti: UD. Akselerasi di Maduhara-Kereng, sentra kerajinan (IKM) di Tilung, yang merupakan eksportir sumpit ke Jepang dan PT Naga Bhuana di Kabupaten Pulang Pisang yang merupakan perusahaan besar di Kalimantan yang bergerak di bidang plywood. (red)

Related For Kemendag Tingkatkan Ekspor Kayu Ringan Ke.Dunia.