Alat Deteksi Tsunami Indonesia Tidak Beroperasi 2012

Rabu, Desember 26th 2018. | Headline, Nasional

Jakarta, Suronews – Tsunami yang terjadi di Selat Sunda pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam menelan banyak korban jiwa. Hingga pukul 13.00 WIB, Selasa, 25 Desember 2018, korban meninggal dunia telah mencapai 429 orang.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, selain korban meninggal, ada 1.485 orang luka-luka dan 154 orang dinyatakan hilang

Sutopo juga menjelaskan, ada 16.082 orang mengungsi akibat tsunami. Korban meninggal terdapat di wilayah Pandeglang, Serang, Lampung Selatan, Pesawaran, dan Tanggamus.

Dari data terbaru itu tercatat, 882 unit rumah rusak, 73 penginapan rusak, 60 warung rusak, 434 perahu dan kapal rusak, 24 kendaraan roda empat rusak, 41 kendaraan roda 2 rusak, 1 dermaga rusak, dan 1 shelter rusak.

Dahsyatnya jumlah korban yang ditimbulkan dari tsunami akibat rapuhnya deteksi dini. BMKG menyebut air bah yang menghantam wilayah sekitar Selat Sunda itu diduga sebagai imbas aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terus erupsi. Di lain pihak, Indonesia tak memiliki alat deteksi tsunami akibat kondisi tersebut.

Sutopo menyampaikan,”Tidak ada peringatan dini tsunami karena kita Indonesia tidak punya sistem alat pendeteksi tsunami akibat longsoran bawah laut dan erupsi gunung api,” ujarnya saat ditemui di Kantor BNPB, Jakarta Timur, Selasa (25/12/2018).

Menurut Sutopo, Indonesia baru memiliki alat pendeteksi tsunami yang diakibatkan aktivitas tektonik seperti gempa bumi. BMKG terfasilitasi dengan sistem tersebut dan dapat cepat tanggap menghadapi kemungkinan bencana.

“Beda dengan tsunami yang dibangkitkan dengan gempa bumi, BMKG kurang dari 5 menit pasti bisa menyampaikan ke publik,” jelasnya

Sutopo menilai, sistem peringatan dini ini harus diperkuat di Indonesia. Hal itu karena buoy atau alat deteksi tsunami di Indonesia juga sudah tidak beroperasi sejak 2012.

Selain itu, aksi vandalisme dan terbatasnya anggaran menjadi penyebab tidak berfungsinya buoy tsunami saat ini. Untuk itu, Sutopo menegaskan, perlunya membangun peralatan dan sistem untuk mendeteksi terjadinya tsunami akibat erupsi.

“Tidak adanya peralatan sistem peringatan dini menyebabkan potensi tsunami tidak terdeteksi sebelumnya. Tidak terpantau tanda-tanda akan datangnya tsunami, sehingga masyarakat tidak memiliki waktu evakuasi,” ucapnya.

Sutopo juga mencontohkan, bencana tsunami akibat longsor bawah laut sendiri sebelumnya sudah pernah terjadi di Maumere pada 1992 dan Palu pada 2018.

Menurut Sutopo, 13 persen populasi gunung berapi di dunia ada di Indonesia. Beberapa di antaranya ada di tengah laut dan pulau-pulau kecil, sehingga dapat menyebabkan tsunami dan erupsi.

“Tentu ini menjadi tantangan bagi PVMBG, BMKG, kementerian/lembaga dan perguruan tinggi membangun peringatan dini,” kata Sutopo.

Related For Alat Deteksi Tsunami Indonesia Tidak Beroperasi 2012